Selasa, 09 Juli 2013

Dampak Limbah Merkuri Terhadap Kesehatan

LAPORAN KIMIA LINGKUNGAN
DAMPAK LIMBAH MERKURI HASIL PERTAMBANGAN EMAS
TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEHATAN
Oleh :
 Mirfan                                       
(10.231.100)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP MATARAM
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tak pernah berhenti memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kimia Lingkungan ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan umatnya yang masih istiqomah di jalan beliau.
Dalam penyusunan Laporan ini, tidak lepas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1.    Renda Timi,S.Pd, selaku pengampu mata kuliah Kimia Lingkungan Jurusan Kimia IKIP Mataram.
2.    Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa “tak ada jalan yang tak berkelok, tak ada gading yang tak retak”,begitu pula dengan laporan ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari semua pihak demi karya yang lebih baik. Akhir kata dengan segala kerendahan hati semoga laporan ini bermanfaat untuk semua pihak yang membutuhkan.

Mataram,                       2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN SAMPUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.  Latar Belakang....................................................................................... 1
B.  Fokus Infestigasi dan Rumusan Masalah............................................... 3
C.  Tujuan Infestigasi................................................................................... 3
D.  Landasan Teori....................................................................................... 4
E.   Kegunaan Infestigasi.............................................................................. 8
BAB II METODE PENGUMPULAN DATA.................................................. 10
A.  Pendekatan dan Jenis Infestigasi.......................................................... 12
B.  Kehadiran Infestigasi........................................................................... 12
C.  Lokasi Infestigasi................................................................................. 12
D.  Sumber Data......................................................................................... 12
E.   Prosedur Pengumpulan Data................................................................ 13
F.   Analisis Data........................................................................................ 14
G.  Tahap-Tahap Infestigasi....................................................................... 17
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL INFESTIGASI.......... 18
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................. 21
BAB V PENUTUP............................................................................................ 28
A.  Kesimpulan........................................................................................... 28
B.  Saran..................................................................................................... 29
BAB VI DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 30
LAMPIRAN....................................................................................................... 31
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Salah satu sumber daya alam yang kita miliki adalah mineral emas dan perak, yang termasuk dalam golongan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Sektor pertambangan merupakan salah satu andalan untuk mendapatkan devisa dalam rangka kelangsungan pembangunan negara.
Dampak dari kegiatan pertambangan dapat bersifat positif bagi daerah pengusaha pertambangan. Namun kegiatan pertambangan juga dapat bersifat negatif terhadap ekosistem daerah setempat. Munculnya dampak positif maupun negatif dari usaha pertambangan, terjadi pada tahap eksplorasi, eksploitasi termasuk pemrosesan serta penjualan hasil tambang serta pasca tambang.
Usaha pertambangan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat sering dianggap sebagai penyebab kerusakan dan pencemaran lingkungan. Sebagai contoh penambangan emas skala kecil atau tambang emas rakyat. Pengolahan bijih dilakukan dengan proses amalgamasi dimana merkuri (Hg) digunakan sebagai media pengikat emas.
Pada proses amalgamasi emas yang dilakukan oleh penduduk secara tradisional, merkuri dapat terlepas ke lingkungan pada tahap pencucian dan penggarangan. Pada proses pencucian, limbah yang umumnya masih mengandung merkuri dibuang langsung ke badan air atau ke atas tanah. Hal ini disebabkan merkuri tersebut tercampur/ terpecah menjadi butiran-butiran halus yang sifatnya sukar dipisahkan pada proses penggilingan yang dilakukan bersamaan dengan proses amalgamasi, sehingga dalam proses pencucian, merkuri terbawa dalam limbah / tailing (http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm).
Pencemaran merkuri banyak sekali ditemukan pada penambang emas tradisional. Penambangan emas tanpa ijin (PETI) ditemukan di berbagai tempat di Indonesia. Salah satunya terdapat di Dusun Jati Desa Pelangan  Kecepatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat Mataram. Di daerah Sekotong terdapat aktivitas penambangan emas yang dilakukan di sekitar Gunung Sekotong. Metode pengolahan yang digunakan di Dusun Jati Desa Pelangan  Kecepatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat Mataram sama dengan kebanyakan metode pengolahan emas tradisional yang digunakan, yaitu dengan menggunakan metode amalgamasi. Aktivitas penambangan emas rakyat di Dusun Jati Desa Pelangan  Kecepatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat Mataram telah berlangsung sejak tahun 2008 sampai sekarang.
Pembuangan tailing langsung ke atas tanah tanpa perlakuan menyebabkan tanah tercemar merkuri sehingga kemungkinan terjadi akumulasi merkuri pada tanaman pangan yang berada di sekitarnya. Selain itu dapat pula menyebabkan infiltrasi Hg ke air tanah yang digunakan oleh penduduk sebagai sumber air bersih.
Dengan melihat berbahayanya merkuri jika terbuang ke alam, maka diperlukan kiat-kiat untuk mencegahnya.

B.  Fokus Infestigasi dan Rumusan Masalah
1.    Fokus Infestigasi
Infestigasi ini berfokus pada dampak limbah merkuri hasil penambangan emas terhapat lingkungan dan kesehatan masyarakat di Dusun Jati Desa Pelangan  Kecepatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat Mataram.
2.    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah infestigasi ini, yaitu:
a)    Apa saja dampak dari limbah merkuri hasil pertambangan emas bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat di Dusun Jati Desa Pelangan  Kecepatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat Mataram?
b)   Apa saja solusi yang dapat dilakukan dalam mengatasi dampak dari limbah merkuri?
C.  Tujuan Infestigasi
Adapun tujuan infestigasi ini, yaitu:
1.      Mengetahui apa saja dampak dari limbah merkuri hasil pertambangan emas bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat di Dusun Jati Desa Pelangan  Kecepatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat Mataram
2.      Mengetahui Apa saja solusi yang dapat dilakukan dalam mengatasi dampak dari limbah merkuri.
D.  Landasan Teori
1.    Pengertian Merkuri
Raksa (nama lama: air raksa) atau merkuri atau hydrargyrum(bahasa Latin: Hydrargyrum, air/cairan perak) adalah unsur kimia pada tabel periodik dengan simbol Hg dan nomor atom 80. Memiliki sifat konduktor listrik yang cukup baik, tetapi sebaliknya memiliki sifat konduktor panas yang kurang baik. Merkuri membeku pada temperatur –38.9oC dan mendidih pada temperatur 357oC.
Unsur golongan logam transisi ini berwarna keperakan dan merupakan satu dari lima unsur (bersama cesiumfransium,galium, dan brom) yang berbentuk cair dalam suhu kamar, serta mudah menguap. Hg akan memadat pada tekanan 7.640 Atm. Kelimpahan Hg di bumi menempati di urutan ke-67 di antara elemen lainnya pada kerak bumi. Di alam, merkuri (Hg) ditemukan dalam bentuk unsur merkuri (Hg0), merkuri monovalen (Hg1+), dan bivalen (Hg2+).
Raksa banyak digunakan sebagai bahan amalgam gigi, termometerbarometer, dan peralatan ilmiah lain, walaupun penggunaannya untuk bahan pengisi termometer telah digantikan (oleh termometer alkoholdigital, atau termistor) dengan alasan kesehatan dan keamanan karena sifat toksik yang dimilikinya. Unsur ini diperoleh terutama melalui proses reduksi daricinnabar mineral.

2.    Sifat Kimia dan Fisika Merkuri
Merkuri merupakan logam yang dalam keadaan normal berbentuk cairan berwarna abu-abu, tidak berbau dengan berat molekul 200,59. Tidak larut dalam air, alkohol, eter, asam hidroklorida, hidrogen bromida dan hidrogen iodide; Larut dalam asam nitrat, asam sulfurik panas dan lipid. Tidak tercampurkan dengan oksidator, halogen, bahan-bahan yang mudah terbakar, logam, asam, logam carbide dan amine.
Berdasarkan daya hantar panas dan listriknya, merkuri (Hg) dimasukkan dalam golongan logam. Sedangkan berdasarkan densitasnya, dimasukkan kedalam golongan logam berat.
ü Merkuri memiliki sifat-sifat :
a)      Kelarutan rendah
b)   Sifat kimia yang stabil terutama di lingkungan sedimen
c)    Mempunyai sifat yang mengikat protein
d)   Menguap dan mudah mengemisi atau melepaskan uap merkuri beracun walaupun pada suhu ruang
e)    Logam merkuri merupakan satu-satunya unsure logam berbentuk cair pada suhu ruang 25oC
f)    Pada fase padat berwarna abu-abu dan pada fase cair berwarna putih perak
g)   Uap merkuri di atmosfir dapat bertahan selama 3 (tiga) bulan sampai 3 (tiga) tahun sedangkan bentuk yang melarut dalam air hanya bertahan beberapa minggu.
Toksisitas merkuri berbeda sesuai bentuk kimianya, misalnya merkuri inorganik bersifat toksik pada ginjal, sedangkan merkuri organik seperti metil merkuri bersifat toksis pada sistim syaraf pusat.
ü Dikenal 3 bentuk merkuri, yaitu:
a)    Merkuri elemental (Hg): terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air raksa, amalgam gigi, alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan sebagai katalisator dalam produksi soda kaustik dan desinfektan serta untuk produksi klorin dari sodium klorida.
b)   Merkuri inorganik: dalam bentuk Hg++ (Mercuric) dan Hg+ (Mercurous) Misalnya:
ü HgCl2 termasuk bentuk Hg inorganic yang sangat toksik dan digunakan sebagai desinfektan
ü HgCl yang digunakan untuk teething powder dan laknasia
ü Mercurous fulminate yang bersifat mudah terbakar.
c)    Merkuri organik: terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain :
ü Metil merkuri dan etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil rantai pendek dijumpai sebagai kontaminan logam di lingkungan. Misalnya memakan ikan yang tercemar zat tsb. dapat menyebabkan gangguan neurologis dan kongenital.
ü Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang dijumpai sebagai antiseptik dan fungisida.

3.    Efek Merkuri Bagi Kesehatan
Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang sangat sensitif pada semua bentuk merkuri. Metilmerkuri dan uap merkuri logam lebih berbahaya dari bentuk-bentuk merkuri yang lain, sebab merkuri dalam kedua bentuk tersebut dapat lebih banyak mencapai otak. Pemaparan kadar tinggi merkuri, baik yang berbentuk logam, garam, maupun metilmerkuri dapat merusak secara permanen otak, ginjal, maupun janin.
Pengaruhnya pada fungsi otak dapat mengakibatkan tumor, pengurangan pendengaran atau penglihatan dan pengurangan daya ingat. Pemaparan dalam waktu singkat pada kadar merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntah-muntah, peningkatan tekanan darah atau denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata. Badan lingkungan di Amerika (EPA) menentukan bahwa merkuri klorida dan metilmerkuri adalah bahan karsiogenik.
4.    Fakta Mengenai Bahaya Merkuri
Kasus tosisitas metil merkuri yang tidak pernah terlupakan oleh kita adalah “Minamata Disease” di Jepang. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penduduk sekitar kawasan tersebut mengkonsumsi secara rutin ikan yang berasal dari laut disekitar Teluk Minamata dan ternyata bahwa ikan telah tercemar logam merkuri yang berasal dari limbah industri plastik. Gejala keanehan mental, dan cacat saraf mulai nampak terutama pada anak-anak. Namun, gejala tersebut baru diketahui 25 tahun kemudian sejak gejala penyakit tersebut ditemukan.
Kasus yang serupa juga terjadi di Indonesia, di mana sejak tahun 1996 Perairan Teluk Buyat di Propinsi Sulawesi Utara telah dijadikan tempat perbuatan tailing oleh PT Newmont Minahasa Raya akibatnya masyarakat yang mengkonsumsi ikan sekitar di teluk Buyat mengalami gangguan kesehatan terutama penyakit kulit. Kegiatan penambangan seperti halnya PT NMR merupakan pengambilan logam dari sumbernya termasuk logam berat dalam pengambilan emas. Bijih primer yang terbungkus oleh mineral sufida yang kaya akan logam-logam diekstraksi untuk memperoleh emas, kemudian sulfida tersebut di buang ke alam. (http://diancenyumcelalu.wordpress.com/2012/11/26/makalah-polutan-yang-tercemar-pada-pertambangan-emas-rkyat-paboya/)
E.   Kegunaan Infestigasi
Hasil infestigasi ini dapat memberikan manfaat kepada :
1.    Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis lainnya tentang masalah faktor risiko penyakit akibat merkuri pada petambang emas dan masyarakat sekitar Desa Pelangan  Kecepatan Sekotong serta sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut dan informasi bagi siapa saja (peneliti maupun penulis lain) yang peduli terhadap kondisi lingkungan dan kesehatan masyarakat di Dusun Jati Desa Pelangan  Kecepatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat Mataram.

2.      Pemerintah Daerah
Sebagai bahan informasi dan pertimbangan kepada pemerintah daerah propinsi khususnya Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bepedalda), Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten dalam perencanaan, pemantauan dan pengendalian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) serta Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL).
3.    Petambang Emas dan Masyarakat
Sebagai informasi kepada petambang emas dan masyarakat dalam hal penggunaan bahan merkuri terhadap proses pengelolaan biji emas serta dampak pengaruh merkuri terhadap lingkungan dan bahaya penyakit yang ditimbulkannya terhadap kesehatan masyarakat sekitar lokasi di Dusun Jati Desa Pelangan  Kecepatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat Mataram.
4.    Dan dapat bersikap ramah terhadap lingkungan agar tidak mencemari perairan.

BAB II
METODE PENGUMPULAN DATA

A.  Pendekatan dan Jenis Infestigasi
Infestigasi ini menggunakan metode kualitatif, yaitu suatu pendekatan infestigasi, karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang ditempat penelitian. (McMillan (2003) dalam Syamsuddin dan Vismaia, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa (Bandung: Rosdakarya.2007), Hlm.73).
Pendekatan kualitatif mencakup berbagai metodologi yang fokusnya menggunakan pendekatakan interpretative dan naturalistic terhadap pokok kajiannya (subject of matter). Oleh karena itu, dalam penggunaan pendekatan kualitatif, peneliti berusaha melakukan studi gejala dalam keadaan alamiahnya dan berusaha membentuk pengertian terhadap fenomena sesuai dengan makna yang lazim digunakan oleh subyek penelitian. (Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008). Hlm. 303).
Metode penelitian kualitatif dibagi menjadi lima jenis, yaitu: Biografi, Fenomenologi, Grounded-theory, Etnografi, dan Studi Kasus (John W. Creswell, Qualitative Inquiry and Reserch Designe; Choosing Among Five Traditions,  Thoosand Oaks, CA: Sage, 1998.Hlm.6). Dalam infestigasi ini peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar (a detailed examination of one setting), atau satu orang subyek (one single subject), atau satu tempat penyimpanan dokumen (one single depository of document), atau satu peristiwa tertentu (one particular event). (Bogdan dan Biklen (1982) dalam Syamsuddin dan Vismaia, Ibid, Hlm.175).
Lebih rinci studi kasus adalah meliputi: (1). Sasaran penelitiannya bisa berupa manusia, peristiwa, latar dan document; (2). Sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk memahami berbagai kaitan yang ada diantara variable-variabelnya. (Syamsuddin dan Vismaia, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa (Bandung: Rosdakarya.2007), Hlm.176).
 Studi kasus digunakan jika peneliti ingin memahami tentang masalah organisasi yang rumit atau penyebab keracunan dan pengaruh perubahan. Pada intinya, studi kasus memungkinkan peneliti memusatkan perhatian pada satu hal yang cukup dapat ditangani untuk dimengerti dengan segala kerumitannya. (Ibid, Hlm.177).
Studi kasus memusatkan diri pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena. Dari cirri yang demikian memungkinkan studi ini dapat amat mendalam , sehingga kedalaman data menjadi pertimbangan dalam penelitian model ini. Karena itu, studi kasus bersifat mendalam dan tepat sasaran, untuk mencapai maksud ini sering kali peneliti membutuhkan waktu yang relative lama. (Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2007). Hlm. 68).
B.  Kehadiran Infestigasi
Dalam infestigasi yang menggunakan pendekatan kualitatif yang menjadi alat utama adalah manusia (Human Tools), artinya melibatkan peneliti sendiri sebagai instrument dengan memperhatikan kemampuan peneliti dalam hal bertanya, melacak, mengamati, memahami, dan mengabstraksikan sebagai alat penting yang tidak dapat diganti dengan cara lain.
Kehadiran peneliti di lokasi berperan sebagai instrument kunci, karena peneliti bertindak sebagai instrument utama dalam pengumpulan data. Kehadiran peneliti bukan ditujukan untuk mempengaruhi subyek tetapi untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat serta meyakinkan.
Keberadaan peneliti adalah sebagai pengamat nonpartisipatif, dimana peneliti akan mengamati dampak yang ditimbulkan oleh limbah merkuti tehadap lingkungan dan masyarakat.
C.  Lokasi Infestigasi
Lokasi Infestigasi adalah di Jalan Bangko-Bangko 2 Dusun Jati Desa Pelangan  Kecepatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat Mataram.
D.  Sumber Data
Data dalam infestigasi/penelitian ini adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan bukti dan bahan dasar kajian. Sedangkan sumber data adalah subyek dimana data diperoleh (Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan (Bandung:Rosdakarya.2006. Hlm.79). sumber data dalam hal ini ada dua, yakni sumber data primer dan sumber data sekunder.
1.    Data Primer
Sumber data utama atau primer adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai (Lexi Moleong. J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya.2009) hlm.112). sumber data primer diperoleh peneliti dari pengamatan atau observasi secara langsung yang didukung oleh wawancara terhadap informan. Pencatatan sumber data utama melalui pengamatan atau observasi dan wawancara merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya yang dilakukan secara sadar, terarah, dan senantiasa bertujuan memperoleh informasi yang diperlukan. Informasi yaitu orang dalam latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Ibid Lexy Moleong.Hlm.90)
2.    Data Sekunder
Selain kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama, diperlukan juga data tambahan seperti dokumen dan lain-lain sebagai sumber data sekunder (Ibid Lexy Moleong.Hlm.112). Jadi data sekunder di sini digunakan sebagai alat untuk menunjang terselesaikannya perolehan data dalam penelitian.
E.   Prosedur Pengumpulan Data
Yang menjadi instrument dalam infestigasi/penelitian ini yaitu penyusun sendiri, sedangkan teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu: (a). pengamatan terlibat (participant observation), (b). wawancara mendalam (indepth interview), (c). dokumentasi (documentation).
Terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih sering dipakai dalam studi kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi (Syamsuddin dan Vismaia, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa (Bandung: Rosdakarya.2007), Hlm.186).
Lebih rinci prosedur pengumpulan data adalah sebagai berikkut (Dede Oetomo, Penelitian Kualitatif; Aliran dan Tema (Jakarta: Kencana,2007).Hlm.186):
a)    Wawancara mendalam dan terbuka, data yang diperoleh dari kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman, pendapat, perasaan, dan pengetahuannya.
b)   Observasi langsung, data yang diperoleh dari observasi langsung terdiri dari pemerian rinci tentang kegiatan, perilaku, tindakan orang-orang dan semua kemungkinan interaksi interpersonal, serta proses penataan yang merupakan bagian dari pengalaman manusiayang dapat diamati.
c)    Penelaahan terhadap dokumen tertulis, data yang diperoleh dari metode ini berupa cuplikan, kutipan, atau penggalan-penggalan dari catatan-catatan organisasi, memorandum, korespondensi, terbitan dan laporan resmi, buku harian pribadi, dan jawaban tertulis yang terbuka terhadap kuesioner dan survey.
F.   Analisis Data
Data harus segera dianalisis setelah dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan lapangan. Tujuan analisis data ialah untuk mengungkapkan: (a). data apa yang masih perlu dicari, (b). hipotesis apa yang perlu diuji, (c). pertanyaan apa yang perlu dijawab. (d). metode apa yang harus digunakan untuk mendapatkan informasi baru, dan (e). kesalahan apa yang harus segera diperbaiki (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodology Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara.2006),hlm.86).
Ada berbagai cara untuk menganalisis data, tetapi secara garis besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a). reduksi data, (b). display data, (c). pengambilan kesimpulan dan verifikasi (ibid.hlm.180).
a)    Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian, dalam hal ini peneliti harus mampu merekam data lapangan dalam bentuk catatan lapangan, menafsirkan catatan tersebut, dan menyeleksi data yang relevan dengan focus masalah yang diteliti. Selama proses reduksi data peneliti dapat melanjutkan ringkasan, pengkodean dan menemukan tema. Reduksi data berlangsung selama penelitian di lapangan sampai pelaporan penelitian selesai. Reduksi data merupakan analisis yang tajam untuk mengorganisasikan data. Dengan demikian kesimpulannya dapat deverifikasi untuk dijadikan temuan penelitian terhadap masalah yang diteliti (Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: GP Press.2009).Hlm.223).
b)   Display Data
Penyajian data yang telah diperoleh dalam bentuk matriks atau daftar kategori setiap data yang diperoleh. Data penelitiuan yang sangat banyak dianalisis dan disusun secara sistematis dan simultan sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti (Ibid).
c)    Kesimpulan dan Verifikas
Bagian terakhir dari analisis adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti benda-benda, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan akhir tergantung pada besarnya kumpulan catatan lapangan, pengkodean, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang dsigunakan serta kecakapan penelitian. Penarikan kesimpulan adalah bagian dari konfigurasi yang utuh. Pembuktian kembali atau verifikasi dapat dilakukan untuk mencapai pembenaran dan persetujuan, sehingga validitas dapat tercapai (Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,2007).Hlm.97).
Setelah data terkumpul, peneliti dapat mengagregasi, mengorganisasi dan mengklasifikasikan data menjadi unit-unit yang dapat dikelola (Ibid.hlm186). Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum untuk menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologi, kategori atau dimasukan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan mulia peneliti di lapangan, waktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau selesai dari lapangan (Ibid.Hlm.220).
G.  Tahap-Tahap Infestigasi
Tahapan infestigasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.    Tahapan pertama yaitu persiapan dan perencanaan infestigasi
Pada tahap persiapan dilakukan yaitu penentuan lokasi, sedangkan pada tahap perencanaan ada beberapa hal yang dilakukan antara lain yaitu (a). pemilihan masalah, (b). latar belakang masalah, (c). perumusan masalah, (d). telaah pustaka, (e). kerangka teoritis, (f). perumusan hipotesis, dan (g). prosedur dan alat yang digunakan.
2.    Tahapan kedua yaitu  tahap pelaksanaan
Pada tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu: (a). pengumpulan data, (b). pengolahan data.
3.    Tahapan ketiga yaitu tahap analisis data, penafsiran hasil infestigasi dan kesimpulan.

BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL INFESTIGASI

Dalam infestigasi yang dilakukan di Jalan Bangko-Bangko 2 Dusun Jati Desa Pelangan  Kecepatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat Mataram., didapatkan paparan data dan hasil infestigasi seperti dibawa ini.
*           Narasumber:
*   Nama: Zainudin dan Mahdar
*   Umur : 30 Tahun
*   Pendidikan Terakhir : SMA (MAN 1 Mataram)
*           Hasil wawancara :
*   Tambang emas berdiri sejak tahun 2008 sampai sekarang, sejak adanya tambang emas ini ekonomi warga setempat berubah (semakin meningkat), lingkungannya menjadi tercemar, sedangkan pendidikan menurun (pendidikan warga setempat hanya sampai tingkat SD).
*   Kejadian-kejadian dengan adanya aktivitas tambang ini diantaranya ada sekitar ratusan orang yang meninggal di tempat tambang tersebut (warga diluar sekotong/warna asing), sedangkan warga setempat baru sekitar  3 atau 4 orang. Ada juga yang meninggal karena menghirup gas yang keluar dari tong. Akibat-akibatnya ditanggung semua oleh pemilik Tong (Boss Tong) yang mempunyai usaha, dalam hal ini pemerintah setempat tidak begitu banyak campur tangan.
*   Tambang emas merupan penghasilan utama warga setempat, sejauh ini belum ada perubahan yang signifikan dalam hal kesehatan, sehingga fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pemerintah setenpat masih kurang , limbah hasil gelondongan dibuang di tempat yang sudah dibuat.
*   Dalam proses untuk mendapatkan emas digunakan banyak zat kimia, seperti : Sianida, asam sulfat, merkuri dan karbon aktif. Pengetahuan Narasumber tentang zat-zat yang digunakan yaitu zat-zat tersebut beracun, hanya sampai disitu pengetahuannya.
*   Dampak kesehatan yang disebabkan akibat dari tambang ini belum begitu terlihat, karena sejauh ini air sumur-sumur warga setempat masih digunakan untuk keperluan minum dan memasak (belum tercemar), yang mereka rasakan sampai sekarang hanya capek karena tiap hari menggali dan memikul berkarung-karung batuan yang mengandung emas tersebut, dalam hal ini dampak yang dirasakan baru tenaga semakin lemah atau energinya semakin berkurang.
*   Belum ada perhatian yang serius dari pemerintah tentang kesehatan karena dampaknya belum kelihatan. Serta tidak ada alat-alat khusus yang diberikan oleh pemilik tong (Boss Tong) untuk menghindari dan menjaga keselamatan pekerja.
Para penambang emas tradisional menggunakan merkuri untuk menangkap dan memisahkan butir-butir emas dari butir-butir batuan. Endapan Hg ini disaring menggunakan kain untuk mendapatkan sisa emas. Endapan yang tersaring kemudian diremas-remas dengan tangan. Air sisa-sisa penambangan yang mengandung Hg dibiarkan mengalir ke sungai dan dijadikan irigasi untuk lahan pertanian. Selain itu, komponen merkuri juga banyak tersebar di karang, tanah, udara, air, dan organisme hidup melalui proses fisik, kimia, dan biologi yang kompleks.

BAB IV
PEMBAHASAN

A.  Penggunaan Merkuri pada Penambangan Emas Tradisional
Terkadang manusia tidak menyadari apa yang dibuatnya akan menyebabkan masalah yang sangat serius bagi kehidupan dan lingkungan. Seperti yang kita tahu mengapa pertambangan emas di Dusun Jati Desa Pelangan  Kecepatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat Mataram itu didirikan? Pertama karena daerah sekotong ini mempunyai sumber daya alam yang melimpah, seperti emas. Keuntungan yang besar dari pertambangan emas ini memicu masyarakat ikut menambang emas, walaupun tambangan yang legal. Hal ini dapat meningkatkan ekonomi masyarakat daerah Sekotong, dan bahkan Indonesia. Tapi mereka kadang lupa apa dampak buruk bagi kehidupan mereka selanjutnya.
Cara penambangan yang tidak sesuai standar, seperti pengolahan bijih dilakukan dengan proses amalgamasi di mana merkuri (Hg) digunakan sebagai media untuk mengikat emas. Untuk pertambangan emas yang besar limbah yang dihasilkan semakin besar. Pembuangan limbah yang sembarangan. Hal-hal yang telah disebutkan di atas tadi adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dari pertambangan emas.
Proses penambangan emas tradisional terdiri dari proses penggalian bahan tambang dan proses pengolahan hasil galian tambang. Penggunaan merkuri pada penambangan emas tradisional terjadi pada proses pengolahan hasil galian tambang bertujuan untuk pemisahan biji emas dengan tanah / batuan.
Dalam proses penambangan emas, merkuri digunakan sebagai bahan kimia pembantu yang sesuai dengan sifatnya berfungsi untuk mengikat butiran-butiran emas agar mudah dalam pemisahan dengan partikel-partikel lain dalam tanah. Sebagai gambaran proses kerja pemisahan emas dari partikel-partikel tanah yang dilaksanakan penambang emas tradisional adalah pemecahan partikel tanah, penggilingan, pemisahan partikel tanah dengan ikatan merkuri dan butiran emas, penyaringan, dan pemanasan.
B.  Dampak Merkuri Bagi Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat
Semua bentuk merkuri baik dalam bentuk metil maupun dalam bentuk alkil yang masuk ke dalam tubuh manusia secara terus-menerus akan menyebabkan kerusakan permanen pada otak, hati dan ginjal (Roger, et al dalam Alfian, 2006).
Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik, karena terjadinya proses presipitasi protein menghambat aktivitas enzim dan bertindak sebagai bahan yang korosif. Merkuri juga terikat oleh gugus sulfhidril, fosforil, karboksil, amida dan amina, di mana dalam gugus tersebut merkuri dapat menghabat fungsi enzim.
Bentuk organik seperti metil-merkuri, sekitar 90% diabsorpsi oleh dinding usus, hal ini jauh lebih besar daripada bentuk anorganik (HgCl2-) yang hanya sekitar 10%. Akan tetapi bentuk merkuri anorganik ini kurang bersifat korosif daripada bentuk organik. Bentuk organik tersebut juga dapat menembus barrier darah dan plasenta sehingga dapat menimbulkan pengaruh teratogenik dan gangguan syaraf (Darmono dalam Alfian, 2006).
Diagnosis toksisitas Hg tidak dapat dilakukan dengan tes biokimiawi. Indikator toksisitas Hg hanya dapat didiagnosis dengan analisis kadar Hg dalam darah atau urine dan rambut (Alfian, 2006).
Kadar threshold value metil merkuri untuk dapat menimbulkan gejala klinis bagi orang dewasa yang peka adalah:
1.      Konsentrasi merkuri total dalam darah sebesar 20 – 50 mikrogram/100mL.
2.      Konsentrasi pada rambut sebesar 50 – 125 mikrogram/g2 (Ramade F dalam Martono, 2005).
Merkuri merupakan logam yang sangat toksik terhadap organisme, dalam penggunaan atau aktivitas tertentu merkuri akan disebarkan ke lingkungan baik berupa bahan pertanian, obat-obatan, cat, kertas, pertambangan serta sisa buangan industri (Pryde dalam Alfian, 2006). Semua bentuk merkuri, baik dalam bentuk unsur, gas maupun dalam bentuk garam organik adalah beracun.
Alkil merkuri merupakan komponen yang paling beracun karena mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1.      Alkil merkuri dengan mudah melakukan penetrasi dan terkumpul di dalam tenunan otak karena komponen ini mudah menembus membran biologi.
2.      Alkil merkuri mempunyai waktu retensi yang lama di dalam tubuh sehingga konsentrasi di dalam tubuh semakin lama semakin tinggi, meskipun dosis yang masuk ke dalam tubuh makin rendah. Komponen ini diperkirakan mempunyai waktu paruh di dalam tubuh selama 70 hari.
Alkil merkuri dapat dibentuk dari merkuri anorganik oleh aktifitas mikroorganisme anaerobik tertentu. Transformasi ini dibuktikan terjadi dengan mudah di dalam lumpur pada dasar sungai dan danau. Proses transformasi ini belum dibuktikan terjadi di dalam tubuh, tetapi beberapa mikroorganisme yang ditemukan di dalam saluran usus hewan yang ditemukan dapat melakukan proses transformasi tersebut.
Berbagai bentuk merkuri dan hubungannya satu sama lain serta sifat-sifatnya dapat dilihat pada gambar berikut (Novick dalam Fardiaz, 1992).




Gambar: Bentuk merkuri dan hubungannya satu sama lain serta sifat-sifatnya
Dalam lingkungan perairan, merkuri anorganik dikonversi oleh mikroorganisme menjadi metil merkuri yang sangat beracun dan sangat mudah terserap ke dalam jaringa. Sekitar 90% kandungan merkuri dalam ikan berupa metil merkuri (Ramade F dalam Martono, 2005). Selanjutnya dapat dikemukakan bahwa sekitar 95% metil merkuri yang masuk ke dalam tubuh diserap oleh usus yang sebagian besar tertahan dalam jaringan tubuh, dan kurang dari 1% yang dikeluarkan lagi dari dalam tubuh (Mason CF dalam Martono, 2005).
Perairan yang telah tercemar logam berat merkuri bukan hanya membahayakan komunitas biota yang hidup dalam perairan tersebut, tetapi juga akan membahayakan kesehatan manusia. Hal ini karena sifat logam berat yang persisten pada lingkungan, bersifat toksik pada konsentrasi tinggi dan cenderung terakumulasi pada biota (Kennish dalam Masriani, 2003). Senyawa metil merkuri yang merupakan hasil dari limbah penambangan emas masuk ke dalam rantai makanan, terakumulais pada ikan dan biota sungai. Oleh karena itu manusia akan mengalami keracunan jika memakan ikan dan biota perairan yang tercemar logam tersebut.
Penyakit minamata adalah penyakit gangguan sistem syaraf pusat yang disebabkan oleh keracunan metil merkuri. Tidak ditemukan kerusakan pada organ lain kecuali pada sistem syaraf pusat (Martono, 2005). Sistem syaraf pusat merupakan target organ dari toksisitas metil merkuri tersebut, sehingga gejala yang terlihat erat hubungannya dengan kerusakan sistem syaraf pusat. Gejala yang timbul adalah sebagai berikut:
1.      Gangguan syaraf sensori: paraesthesia, kepekaan menurun dan sulit menggerakkan jari tangan dan kaki, penglihatan menyempit, daya pendengaran menurun, serta rasa nyeri pada lengan dan paha.
2.      Gangguan syaraf motorik: lemah, sulit berdiri, mudah jatuh, ataksia, tremor, gerakan lambat dan sulit bicara.
3.      Gangguan lain: gangguan mental, sakit kepala dan hipersalivasi (Alfian, 2006)
C.  Cara Penanggulangannya / Pengendaliannya
1.   Air limbah dari proses pemisahan emas diperlukan proses pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan. Salah satu rangkaian proses sederhana yang diperlukan untuk penurunan kadar merkuri adalah berupa proses koagulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Menurut Droste (1994), dari rangkaian proses tersebut dapat menurunkan kadar merkuri sebesar 20 – 90 %.
2.   Pada proses pemanasan / pemijaran campuran biji emas dengan air raksa akan menguapkan air raksa yang ada, sehingga kegiatan ini harus dilakukan jauh dari pemukiman penduduk, dan dalam pelaksanaannya harus memperhatikan arah angin.
3.   Pencemaran air oleh Mercury tidak bisa diatasi hanya dengan cara penyaringan, koagulasi kopulasi, pengendapan, atau pemberian tawas. Hal ini karena Mercury di air berbentuk ion. Cara terbaik untuk menghilangkan Mercury dalam air ini, adalah
ü Dengan pertukaran ion Yaitu mempergunakan suatu resin yang mampu mengikat ion Mercury hingga menjadi jenuh, kemudian diregenerasi kembali dengan penambahan suatu asam, sehingga Mercury bisa dinetralisir. Namun karena biaya ionisasi ini sangat mahal, maka biaya termurah dan terbaik adalah dengan mencegah Mercury tidak masuk perairan.
ü Cara lain, yaitu penyulingan. Biaya yang akan dikeluarkan untuk penyulingan pun sangat mahal.
4.   Selain itu juga, suatu laporan yang dibuat oleh Enviromental Protection Agency (EPA) memuat beberpa rekomedasi untuk mencegah terjadinya pencemaran merkuri di lingkungan. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut :
ü Pestisida alkil merkuri tidak boleh digunakan lagi.
ü Penggunaan pestisida yang menggunakan komponen merkuri lainnya dibatasi untuk daerah-daerah tertentu.
ü Semua industri yang menggunkan merkuri harus membuang limbah industri dengan terlebih dahulu mengurangi jumlah merkurinya sampai batas normal.
  
BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Berdasarkan isi laporan diatas, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut :
1)   Dalam proses penambangan emas, merkuri digunakan sebagai bahan kimia pembantu yang sesuai dengan sifatnya berfungsi untuk mengikat butiran-butiran emas agar mudah dalam pemisahan dengan partikel-partikel lain dalam tanah.
2)   Semua bentuk merkuri baik dalam bentuk metil maupun dalam bentuk alkil yang masuk ke dalam tubuh manusia secara terus-menerus akan menyebabkan kerusakan permanen pada otak, hati dan ginjal (Roger, et al dalam Alfian, 2006).
3)   Senyawa metil merkuri yang merupakan hasil dari limbah penambangan emas masuk ke dalam rantai makanan, terakumulais pada ikan dan biota sungai. Oleh karena itu manusia akan mengalami keracunan jika memakan ikan dan biota perairan yang tercemar logam tersebut.
4)   Perairan yang telah tercemar logam berat merkuri bukan hanya membahayakan komunitas biota yang hidup dalam perairan tersebut, tetapi juga akan membahayakan kesehatan manusia. Hal ini karena sifat logam berat yang persisten pada lingkungan, bersifat toksik pada konsentrasi tinggi dan cenderung terakumulasi pada biota (Kennish dalam Masriani, 2003).
5)   Pencemaran air oleh Mercury tidak bisa diatasi hanya dengan cara penyaringan, koagulasi kopulasi, pengendapan, atau pemberian tawas. Hal ini karena Mercury di air berbentuk ion. Cara terbaik untuk menghilangkan Mercury dalam air ini, adalah dengan pertukaran ion Yaitu mempergunakan suatu resin yang mampu mengikat ion Mercury hingga menjadi jenuh, kemudian diregenerasi kembali dengan penambahan suatu asam, sehingga Mercury bisa dinetralisir. Namun karena biaya ionisasi ini sangat mahal, maka biaya termurah dan terbaik adalah dengan mencegah Mercury tidak masuk perairan.
B.  Saran
Pencegahan adalah lebih baik dari pengobatan. Artinya, ini kembali pada soal koordinasi unsur-unsur masyarakat terkait. Khususnya untuk kasus PETI (Penambangan Emas Tanpa Izin), kebijakan publik, Gubernur, Bupati, dan Departemen Pertambangan sangat menentukan dalam mengurangi pencemaran lingkungan. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat penambang. Mengingat dampak buruknya bila manusia terkontaminasi merkuri, demi pengamanan lingkungan, pemerintah sebaiknya segeralah berupaya mencegah pencemaran, dengan peraturan dan pemberian sangsi yang tegas pada pihak yang telah mencemari lingkungan. Pengujian rutin juga dapat dilakukan untuk mengawasi keadaan di lapangan.

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: ANDI
Alfian, Z. 2006. Merkuri: Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi Kesehatan Manusia dan Lingkungan. [Online]. Avaliable: http://library.usu.ac.id/download/e-book/zul%20alfian.pdf. [7 Juli 2013]
Burhan Bungin. 2008 , Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Prenada Media Group
Dede Oetomo, 2007. Penelitian Kualitatif; Aliran dan Tema. Jakarta: Kencana
Direktorat Bina Peran serta Masyarakat Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat Depkes RI, Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal DI Indonesia, Depkes RI, Jakarta, 1993.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Konisius.
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, .2006. Metodology Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara
Hamid Patilima, 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta
Iskandar, 2009. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: GP Press.
Lexi Moleong. J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Syamsuddin dan Vismaia, 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa (Bandung: Rosdakarya.